Tersesat di kampung Iblis - Chapter 1 - My Geng my Love

Tersesat di kampung Iblis




Taken from my own personal Novel, already published on Mangatoon & Wattpad

https://mangatoon.mobi/contribute/detail?id=39869
https://www.wattpad.com/story/193868184-tersesat-di-kampung-iblis

Allright Reserved


Prolog


Terkadang kita merasa bahwa di dunia ini penghuninya Hanya Manusia beserta Alamnya yang nyata di hadapan kita.

Kita terkadang takut mengakui bahwa ada penghuni lain di dunia ini, yang sering kita hindari keberadaanya.

Kita lebih suka melihat sesuatu yang tampak jelas di depan mata kita, kita lebih suka mengacuhkan keberadaan Dunia jin, iblis, setan dan lain-lainya.

Kita nyaman tidak melihat mereka.

Apabila kita tidak melihat mereka, apakah berarti mereka tidak melihat kita juga.

Atau apakah kita tidak melihat mereka, tetapi mereka melihat kita ?

Namaku Sari, aku sombong, aku tak acuh, aku takut dan aku secara tidak sengaja terjebak di dunia yang tidak tampak di mataku.

Betapa naifnya aku hidup di dunia ini, apakah terlambat bagiku kembali pulang ke dunia yang membawa pada kenyamananku

Kemana kah kalian temanku ... ?

Help ... Me ...


Chapter 1 - My Geng my Love


Gina, aku, Sofi dan Rina, adalah empat sahabat dari SD kelas enam dulu. Walau duduk kami semua tidak sebangku kami selalu bermain bersama di jam istirahat tiba.

Di jam istirahat, barulah kita semua kumpul dan kalau sudah ngumpul, hobi kita biasanya ngegangguin si Dika, temen cowo yang cengeng banget, seru banget kalo udah gangguin dia. Sayangnya kadang kalau kita ke gap guru, gangguin dia, yang selalu kena tangkap pertama adalah aku.

Karena mereka bertiga, lebih lincah daripada aku, mereka bisa melarikan diri lebih cepat, walaupun pada akhirnya mereka juga akan dipanggil guru, aku lebih banyak mendapat porsi semprotan guru lebih banyak karena tertangkap terlebih dahulu.

Tapi kita gak kapok-kapok kalau lihat Dika pasti niat iseng tiba-tiba muncul. Ga tau deh sekarang dia sekolah dimana, setelah lulus SD kita sudah tidak pernah ketemu lagi.

Selain gangguin Dika, kita juga sering main basket di saat istirahat, Gina paling jago olahraganya, tubuhnya mungil tapi kelihatan gesit.

Calon olahragawan perkiraan aku, bahkan buat masuk SMP orang tuanya Gina berusaha masukin Gina melalui japres.

Walau Gina bisa masuk SMP pilihan orang tuanya, Gina tidak mau masuk ke sekolah tersebut, ia ngotot ingin bersekolah dengan kita-kita yang berprestasi ala kadarnya, bahkan untuk ngotot masuk ke sekolah dengan kita semua, ia sempat mogok makan, sesuatu yang membuat orang tuanya marah besar tapi terpaksa mengabulkannya.

Bahkan kini kami masih satu kelas di SMU harapan indah, Bogor ini, orang tuanya udah nyerah buat maksa dia masuk ke sekolah yang mereka inginkan.

Yang membuat mereka lega adalah Gina tidak terjebak dengan pergaulan yang salah, karena mereka tahu Gina hanya bergaul dengan kita-kita, teman terbaiknya dari SD.

Beda dengan Sofi, Sofi tubuhnya walau kurus semampai dia tidak segesit Gina, wajahnya cantik ditambah dengan tai lalat kecil dekat bibirnya, yang membuat dia paling cerewet dibanding kita semua, Sofi berperan sebagai ibu dari geng kita, dia selalu mewakili kita dalam berbicara, apabila Sofi berbicara semua orang mendengarkannya, entah mereka bingung apa yang dikatakannya atau memang mereka terpesona dengan kecantikan Sofi saat berbicara.

Nah, satu lagi Rina, Rina adalah otak geng kita, Sabrina nama panjangnya dia berbeda keyakinan agama dengan kita, tapi itu tidak membuat kita terpecah atau mengucilkan dia, kepintaran dia mengolah otaknya untuk berpikir membuat kita menyerahkan segala urusan tugas sekolah kepadanya, apa saja tugas yang dia lakukan biasanya mendapatkan nilai bagus dari guru.

Keberaniannya lah yang membuatku kagum, bahkan ia berani mendebat guru karena sang guru pernah melakukan kesalahan dalam pelajaran Sejarah, sementara aku dan teman-teman lainnya merasa bosan dan kurang mengerti apa yang mereka debatkan, Sabrina tetap ngotot akan kebenaran pengetahuannya, maklum buku pintar jadi lalapan sarapan dia sehari-hari.

Pada akhirnya sang guru dengan berat hati dan sedikit gengsi mengakui ada kesalahan yang pernah ia ajarkan.

Persaudaraan geng kita sudah berlangsung hampir 5 tahun lebih, kita mengenal benar karakter dan sifat masing-masing, kita saling menyayangi dan saling membela.

Bahkan kadang kita mengikuti sesuatu yang kita tidak mengerti karena salah seorang dari kita menyukainya. Sometime, i feel this is so dumb.

Seperti kegiatan karate ini, Gina yang doyan banget dengan berbagai macam jenis olahraga, memaksa kita untuk mengikuti latihan karate di luar kegiatan sekolah.

Dia tampak excited setelah beberapa bulan mengikuti latihan karate, dan ingin menularkan apa yang dia rasa kepada kita. Feeling aku sih, hanya tinggal waktu saja, Gina akan mengajak kita ke kegiatan yang satu ini.

And, i'm right

Suatu hari, pada jam istirahat, dia mengutarakan keinginan kita untuk gabung bersamanya, ajakan pertama berhasil aku tolak. Tapi ajakan itu tidak berhenti sampai disitu saja, besok dan besok dan besoknya lagi, dia terus bicara.

Sampai pasa akhirnya aku dah hapal dan bosan sama ajakannya itu.

" ok yah, lu semua pada ikut ya, gua dah ikut hampir setahunan nih, sempainya enak ngajarnya, kalau kita sudah bisa, buat bela diri kita nanti, iya kan .."

"lagipula, gua bosen latihan sama orangnya, itu-itu lagi, gua pengen elu- elu pada ikut ya, biar geng kita ngumpul terus, kayak film Charlie Angel juga, geng cewek jagoan semua haha"
ia bicara sambil tertawa kecil dan ngedipin mata kanannya.

"jijik lu Gin, males ah, gua capek pulang sekolah langsung latihan karate, elu-elu aja deh sana, pada ikutan" jawab aku males-malesan, kayaknya, ini sudah kesekian kalinya aku ngomong seperti ini.

Aku tau, ujung-ujungnya aku bakal kalah vote, karena Rina sama Sofi sudah keliatan, bau-baunya keracunan dan mulai tertarik sama latihan karate ini. Mereka udah didoktrin duluan sama Gina tiap hari.

"dah lu, ikut aja Sar, ngapain juga lu dirumah, bengong aja"

"mending nyari kegiatan, pulang sore habis latihan, terus sampai rumah sudah malem, ga kerasa satu hari selesai , iya kan" si Rina bantuin ngomporin

"iya Sar, gini nih, gua kasih tau ..." si Sofi mulai nambahin, tapi sebelum dia omong panjang dan aku ke hipnotis sama tahi lalatnya yang turun naik di bibirnya dan aku juga yakin, mereka akan omong ini lagi dan ini lagi, langsung saja aku asal jeplak,

"ya dah, ya dah, gua ikut dah, biar lu pada seneng"

"puas, puas ?" aku nyerah aja

Mereka bertiga cekikikan aja kayak mbak kunti, apalagi si Gina kelihatan banget mukanya sumringah. Perjuangannya akhirnya berhasil.

" ok tar selasa, kita berangkat bareng ya, gua kenalin sama kakak-kakaknya, sementara lu semua pakai training dulu buat latihan " Gina nimpalin

Aku dengan bodohnya ngangguk aja biar cepat selesai ngomongin kayak gini, ga kebayang deh pulang sekolah dah mumet, harus keringetan pula, tapi demi teman dekat, gua rela deh berkorban.

✳✳✳

Ga kerasa, hampir 6 bulanan lebih aku latihan bareng sama sahabat-sahabat baikku, emang enak ternyata latihan karate disana, pergaulannya pun tidak kaku walau keras dan disiplin tapi orang-orangnya gaul dan tidak sombong.

Aku bertiga yang masih ban putih bersih, sering dapat nasihat latihan dari Gina yang udah lebih senior dari kita, masih ban kuning sih dia, masih bau kencur, tapi yah, tetap ilmunya lebih banyakan dia.

Hanya, yang aku risaukan saat ini adalah, minggu depan kita akan ada ujian kenaikan tingkat dan itu diadakan bukan di dojo tempat kita biasa latihan, tapi di sebuah kawasan terbuka di wilayah Mega Mendung di sekitar Puncak Bogor.

"lu pada siapin mental ya, kita ga cuma ujian naik tingkat tapi juga bakal ujian nyali kita biar mental kita ga kayak tempe"

Gina ngomong enak banget, kayak ga ada rasa apapun, dia ngejeplak sambil tiduran di tempat tidurku.

Hari ini adalah hari Sabtu malem, dan giliran rumahku semua pada kumpul buat acara sleep over, ini kita lakukan biasanya dua minggu sekali.

"maksud lu apa Gin, ujian nyali? Kaya uji nyali di TV gitu? " jawabku sambil ngerenyitin dahi.

Aku emang bukanlah anak yang pemberani, kata uji nyali udah identik berhadapan dengan keadaan lingkungan yang gelap dan berbau mistik dan aku adalah orang yang anti dengan kegelapan dan hal-hal gaib, pengen rasanya lari kalau lewat tempat-tempat yang gelap.

Ngeliat gelagat ga beres, aku liat dari ujung mataku, si Rina nyikut pelan si Gina, mungkin buat nyadarin dia jangan bikin aku keder di awal-awal.

Tapi terlambat, dari kata ujian nyali yang sudah aku dengar, udah jelas maksudnya, yakni keberanian kita akan diuji dan aku yakin ini bakal ada hubungannya dengan kegiatan-kegiatan di tempat gelap.

"ogah..ah gua, gua ga akan ikutan ujian karatenya, kalian bertiga aja" langsung aja aku nyaplok

Ketebak dah, reaksi mereka bertiga

" ya elah, Sari, Sari lu tuh ya..." timpal Sofi ngeduluin yang lain

"apa sih yang lu takutin"
"gua yakin ini mah cetek, belom tau ujiannya masa udah mau quit aja"

"males ah gua, Sof, kalo ada acara kaya gituan mah, gua kira cuma ujian biasa, ujian jurus, kata, kumite kaya gitu, lah ini.. Apaan coba ?"

"gua yakin ga seserem kata-katanya koq, Sar, gua yakin ini formalitas aja" tambah Gina

"lah, lu gimana?, emangnya lu belom pernah ujian kaya gini, Gin ? " jawab aku melotot

Gina bangun dari tidurnya lalu duduk sila menghadap aku

" kebeneran sih, gua tahun lalu, ujian kenaikan cuma di dojo utama di Jakarta, nah ini kan kebeneran ada acara Gathering Nasional gitu, jadi dilakuin di tempat yang luas dan acaranya lebih banyak gak cuma ujian aja, gua yakin acaranya lebih seru"

"kayak ada acara ujian nyali kayak gini, rame deh, bakal ada ratusan orang yang datang.."

"ah kampret lu Gin, lu aja, ga yakin kaya gitu, seru pala lu ah.." asli aku masih keki

Selanjutnya mereka bertiga ganti-gantian bicara, mereka semua punya alibi dan alasan-alasan buat ngeyakinin aku untuk ikut dan ga mundur dari ujian kenaikan ini.

Diawal-awal aku masih kekeuh dengan pendirianku ini, aku tetap tidak akan ikut ikutan ujian ini.

Aku ga mau masuk suatu keadaan yang tidak pasti, apalagi nanti ternyata kalau memang benar ujiannya seperti yang ku bayangkan.

Tapi mereka tahu sifatku, aku adalah Sari Maladewi, orang yang plin plan, gampang diombang ambingkan, dan mudah dipengaruhi.

Seiring waktu, hari demi hari, aku makin lupa, makin berani dan makin kemakan sama omongan sahabat-sahabat ku, disadari atau tidak, akhirnya aku menganggukkan kepalaku pada yang lain, tanda bahwa aku memutuskan untuk ikut.


Dan hari kenaikan pun telah tiba.

Kegusaran dalam hatiku walau masih ada, masih bisa aku atasi, lagipula pasti ada temen-temen baikku yang bakal nemenin nantinya. Pikirku ..

Acara kenaikan ini mirip seperti hiking ke gunung, jadi nanti kita akan jalan menelusuri sebuah pelosok ke pegunungan dan berkemah di tempat yang sudah ditentukan.

Kita akan menginap dua hari satu malam disana, disebuah tempat yang katanya terpencil dan dikelilingi perkebunan singkong, pohon-pohon bambu yang luas dan tinggi-tinggi, dan juga sungai yang besar. Mirip hutan tapi dengan skala yang kecil.

Kebayang di benak ku, suasana yang sepi dan bakal lebih banyak gelapnya dibanding terangnya.

Dan apabila ada ujian nyali dan diadakan malam hari, mampuslah aku.

***

Continue to Chapter 2
Tersesat di kampung Iblis - Chapter 1 - My Geng my Love Tersesat di kampung Iblis - Chapter 1 - My Geng my Love Reviewed by anatama2104 on 7:54 PM Rating: 5

No comments:

300 kedua
Powered by Blogger.