Seorang Ibu yang mempunyai prinsip tidak boleh menyakiti sesama manusia, dengan sangat terpaksa harus menjadi seorang pembunuh, demi untuk menyelamatkan anaknya yang sekarat karena terkena gigitan ular.
Spoiler:
Sebuah mobil merah melintasi jalan raya, menembus daerah ke daerah, didalam mobil itu terdapat seorang ibu dan anaknya, mereka berdua sangat ceria menikmati perjalanan panjang mereka. Sang anak bernama Clara sedangkan sang Ibu bernama
Katrina Ridgeway adalah seorang Ibu yang baik, yang menyayangi anaknya dan bersifat baik pada orang lain, dalam perjalanan Katrina memberi pelajaran-pelajaran tentang hidup kepada gadis ciliknya. Bagaimana dia mengajarkan kepada orang lain saling menyayangi dan tidak saling menyakiti.
Setelah beristirahat sebentar di rest area, mereka kembali ke jalan, Sang ibu kembali dibelakang setir sementara Clara dengan nyenyak tidur di jok belakang.
Hingga tiba di sebuah tempat, mobilnya melambat karena ada kecelakaan di depan mereka, sementara Katrina melihat kesempatan untuk berbelok kanan mengambil jalan alternatif sebelum mereka terjebak dalam kemacetan yang panjang.
Katrina pun mengambil kesempatan untuk mengambil jalan alternatif, ini nantinya adalah sebuah keputusan yang akan disesalkan oleh Katrina. Jalan alternatif itu adalah jalan raya yang kosong menembus sebuah gurun tandus, tak ada mobil lain yang berjalan di jalan itu selain mobil mereka bahkan signal HP pun ikut hilang.
Sayangnya di tengah jalan sepi tak berpenghuni itu, ban mobil mereka meletus karena kepanasan. Clara terbangun karena mobil mereka berhenti. Sementara Katrina mengganti ban, Clara bermain di tanah tandus di belakang Clara.
Tidak lama, Clara berteriak kesakitan, Katrina yang mengganti ban kaget setengah mati, dan berlari menghampiri Clara, ternyata Clara digigit ular berbisa.
Katrina panik melihat kaki Clara yang terlihat terdapat gigitan ular. Setelah ular itu pergi, Clara jatuh pingsan, dan Katrina bingung harus minta tolong kepada siapa karena daerah itu tidak ada signal untuk menlpon.
Katrina lalu menggendong tubuh Clara, dan membawanya kembali ke mobil, dan ternyata di pinggir jalan dekat mobil mereka ada sebuah trailer disana. Katrina yakin sekali, sebelumnya di jalan raya itu hanya ada mobilnya dan tanah tandus saja, bagaimana tiba-tiba ada trailer disana.
Tapi Katrina tidak bisa berlama-lama berpikir, ia berlari membawa Clara untuk meminta tolong kepada siapapun yang ada di trailer itu.
Katrina masuk ke dalam trailer tanpa permisi, di sana ia menemukan seorang wanita misterius dan menyanggupi untuk menolong Clara, dan ia akan meminta pembayaran atas jasanya nanti. Wanita itu lalu mengusir Katrina untuk pergi memperbaiki ban mobilnya untuk membawa Clara ke rumah sakit nanti, sementara dia memberi pertolongan pertama pada Clara.
Katrina sebenarnya enggan meninggalkan Clara di tangan wanita itu, apalagi dia mendengar wanita itu akan meminta pembayarannya nanti, tapi Katrina berpikir bahwa ia benar harus segera memperbaiki mobilnya untuk membawa Clara ke rumah sakit terdekat nantinya.
Selang tak lama setelah katrina selesai mengganti bannya, ia kembali memasuki trailer untuk menjemput Clara, ia tidak menemukan wanita itu didalam, tetapi ia menemukan Clara yang masih belum sadar. Katrina kaget luka gigitan ular di kaki Clara menghilang, seakan-akan kaki itu tidak pernah digigit ular.
Walau diterpa kebingungan, Katrina menggendong Clara keluar dari trailer itu untuk menuju rumah sakit di kota terdekat yakni Kota Tulia.
Sampai di rumah sakit, sang dokter pun kebingungan melihat kondisi Clara yang tidak apa-apa, tidak ada tanda-tanda sedikipun dia terkena bisa ular bahkan luka gigitan ularnya pun tidak ada. Clara hanya didiagnosis dehidrasi saja karena kepanasan.
Katrina benar-benar bingung dengan apa terjadi, dia yakin sekali sebelumnya Clara digigit ular bahkan sampai membiru wajah dan kakinya karena bisa ularnya sudah menyebar.
Katrina kebingungan sampai akhirnya ada seorang tamu yang menghampiri kamarnya, seorang laki-laki misterius berkulit hitam, ia menyampaikan harga yang harus dibayar Katrina atas kesembuhan jiwa Clara.
Awalnya Katrina menyangka pria itu meminta bayaran atas jasa dari perempuan yang menyembuhkan Clara, tapi tidak dia tidak menginginkan uang, ia menginginkan sebuah jiwa untuk jiwa. Jiwa Clara yang diselamatkan harus dibayar dengan jiwa manusia lain yang harus Katrina ambil hari itu juga sebelum malam tiba.
Ia harus membunuh seseorang untuk membayar atas hidup anaknya. Gagal untuk mengambil nyawa orang lain sebelum waktunya tiba maka Clara akan kembali ke keadaan semula, sekarat karena gigitan ular berbisa.
Tentu saja awalnya Katrina tidak percaya apa yang di minta, jadi dia mengabaikan permintaan pembayaran jiwa anaknya tersebut, dan mengusir orang tersebut keluar kamar, tapi orang itu menunjukkan keadaan Clara setelah digigit ular, Katrina panik melihat Clara yang sekarat dan memanggil perawat, tetapi setelah perawat masuk tidak ada yang terjadi apapun pada Clara.
Barulah, Katrina percaya akan omongan dari pria tersebut, 7 jam waktu pembayaran harus sudah lunas, Katrina harus membunuh sebelum tenggat waktu.
Untuk memastikan kejadian ini, Katrina kembali ke tempat kejadian dimana Clara digigit ular, disana di tempat yang sama, tidak ada satupun trailer disana, trailer yang berisi wanita misterius itu memang tiba-tiba muncul disaat kejadian. Ditempat tersebut itu pula Katrina berhalusinasi bertemu pengendara truk yang sudah mati yang mengejar dia dengan kunci Inggris.
Saat di kota, Katrina, lalu membuka google untuk mencari pembunuhan-pembunuhan yang terjadi di kota tersebut. Ternyata pengemudi truk yang sebelumnya ia temui adalah pengemudi yang masuk koran karena menjadi korban pembunuhan acak di kota tersebut.
Setelah memperhatikan benar-benar, di dalam berita pembunuhan supir truk di web google tersebut, Katrina menemukan sebuah siluet seorang wanita, itu adalah wanita yang ia temui di trailer.
Katrina menemukan lagi banyak berita pembunuhan acak di kota tersebut, dan ternyata pria berkulit hitam yang ia temui di rumah sakit juga adalah korban pembunuhan di kota Tulia tersebut. Dan satu kesamaan yang Katrina temukan, wanita itu selalu ada disana di saat pembunuhan terjadi.
Waktu terus berjalan, Katrina harus membunuh sebelum gelap datang, dengan terpaksa Katrina harus melakukan hal ini demi Clara.
Katrina harus menemukan sesoarang yang bisa dijadikan korban, ia lalu menargetkan korban seorang kakek yang memang sedang sakit parah di sebuah kamar dekat kamar Clara. Katrina harus mencari cara untuk masuk ke kamar kakek tersebut, dan ia menemukan caranya yakni berteman dengan anaknya yang sedang menunggu sang kakek yang hampir meninggal itu.
Kesempatan untuk membunuh itu datang disaat anaknya meninggalkan sang kakek dan Katrina berdua di kamar, tapi sayangnya Katrina masih ragu untuk membunuh sehingga ia gagal untuk mengambil nyawa sang kakek, ironisnya lagi, selang tidak lama sejak Katrina gagal membunuh, sang kakek meninggal dunia karena sakitnya.
Waktu terus berjalan, Katrina diingatkan tentang waktu oleh seorang anak yang membentur-benturkan kepalanya di jendela mobil Katrina. Karena kejadian ini pula Katrina hampir mati tertabrak mobil.
Seorang anak kecil mengingatkan Katrina untuk segera membunuh
Katrina lalu pergi ke sebuah bar untuk minum, disana ia menemukan korban yang sempurna sebuah pasangan yang saling bertengkar, dan menurut bartender hanya masalah waktu saja mereka akan ditemukan mati.
Untuk membunuh mereka Katrina lalu membutuhkan pistol, dan untuk mendapatkan pistol ini tidaklah mudah bagi Katrina
Katrina yang sedang dalam kondisi kacau dan tertekan karena waktu yang semakin menipis pun akhirnya memutuskan untuk benar-benar melanjutkan rencananya membunuh. Setelah keluar dari bar, ia pergi menyusuri jalan-jalan kota kecil Tulia demi mencari cara mendapatkan senjata api. Ia tahu bahwa kota kecil seperti ini pasti memiliki sudut-sudut gelap yang menyimpan kekerasan dan kemarahan.
Ia pun menyelinap ke sebuah rumah bobrok di pinggiran kota yang menurut informasi bartender dikenal sebagai tempat tinggal seorang mantan narapidana bernama Billy. Billy dikenal memiliki senjata ilegal dan kadang menjualnya pada orang-orang terdesak. Dengan penuh keberanian, Katrina masuk dan menawarkan sejumlah uang yang ia miliki. Billy awalnya curiga, tetapi karena desakan Katrina begitu intens, akhirnya ia memberikannya sebuah pistol tua yang masih bisa digunakan.
Dengan pistol di tangan dan waktu yang hampir habis—matahari mulai bergeser turun ke cakrawala barat, membakar langit dengan cahaya jingga yang menandakan tenggat waktu semakin dekat—Katrina pun memutuskan untuk mengikuti pasangan yang tadi ia temui di bar. Pasangan itu tampak masih bertengkar hebat di luar bar, sang pria dengan sikap kasar, sang wanita tampak pasrah tapi ketakutan.
Katrina membuntuti mereka secara diam-diam hingga mereka tiba di sebuah area parkir sepi di belakang toko. Ia tahu ini adalah kesempatan terbaiknya. Jantungnya berdegup kencang saat ia mendekat, pistol di genggaman tangannya terasa begitu berat—bukan karena logamnya, tapi karena beban moral yang menggerogoti nuraninya.
Namun saat Katrina bersiap menarik pelatuk, sesuatu dalam dirinya menjerit—rasa kemanusiaan yang ia ajarkan pada Clara, nilai-nilai yang selalu ia pegang teguh. Tangannya bergetar, air mata mulai mengalir. Ia tidak sanggup. Ia bukan pembunuh.
Tepat saat itu, sang pria yang tadinya bersikap kasar ternyata melihat Katrina dan mendekatinya dengan agresif, curiga akan niatnya. Katrina mundur ketakutan, tetapi pria itu mencoba merampas tasnya dan akhirnya menyerangnya. Dalam situasi kacau, secara tak sengaja pistol yang ada di tangan Katrina meletus. Pelurunya menembus dada pria itu.
Tubuh pria itu terjatuh, darah mengalir di aspal. Katrina membeku. Wanita yang bersama pria itu menjerit, namun lari ketakutan, meninggalkan tempat kejadian. Katrina pun segera melarikan diri, menumpahkan semua ketegangan dalam tangis dan napas yang memburu saat ia kembali ke mobilnya.
Setelah beberapa saat, Katrina melihat jam—waktu telah hampir habis. Ia belum tahu apakah “pembayaran” itu sah atau belum. Ketika ia kembali ke rumah sakit, tubuhnya gemetar, pikirannya kosong. Ia mendekati kamar Clara dengan penuh rasa takut. Namun saat ia membuka pintu, Clara sedang duduk di ranjang, tersenyum lemah sambil menggambar. Katrina berlari memeluknya dengan penuh haru.
Namun, semua belum berakhir.
Saat mereka meninggalkan rumah sakit dan kembali ke mobil, Katrina merasa dunia di sekelilingnya menjadi aneh. Jalanan sepi. Orang-orang menatapnya dingin. Di kaca spion, ia melihat siluet pria kulit hitam yang sebelumnya menemuinya di rumah sakit, berdiri di pinggir jalan. Lalu sekejap, sosok itu menghilang.
Clara pun bertanya, “Mama, kenapa mereka semua melihat kita?” Tapi Katrina hanya tersenyum getir, tidak menjawab. Dalam hatinya, ia tahu ia sudah masuk ke dalam lingkaran yang tidak biasa—dimensi gelap yang menuntut jiwa sebagai ganti kehidupan.
Ketika mobil mereka melaju kembali di jalan raya, menembus gurun yang sama seperti awal perjalanan mereka, Katrina melihat beberapa sosok berdiri di pinggir jalan. Sosok-sosok tersebut diam, tak bergerak, namun mata mereka mengikuti ke mana pun mobil itu melaju. Mereka adalah korban-korban sebelumnya. Orang-orang yang pernah terlibat dalam perjanjian jiwa tersebut.
Katrina kini tahu, dia bukan satu-satunya. Dan mungkin... dia juga bukan yang terakhir.
Akhir cerita ini menyisakan pertanyaan moral: Apakah yang dilakukan Katrina salah atau benar? Sampai di mana batas kasih sayang orang tua terhadap anaknya? Dan apakah jiwa manusia bisa diperjualbelikan untuk menyelamatkan orang yang kita cintai?
Sinopsis RattleSnake
Reviewed by suneo_ganteng
on
2:09 PM
Rating: 5
No comments: