Tersesat di kampung Iblis - Chapter 2 - Darkness is Coming

Darkness is Coming



Kami berangkat dari dojo ku menggunakan satu bis, dan bertemu dengan bis-bis lain yang datang dari kota yang berbeda di tempat parkiran bis yang luas. Disana sudah duluan parkir sebuah truk TNI besar yang membawa peralatan kemah.

Tempat itu bukanlah sebuah tempat parkir melainkan sebuah lapangan yang lumayan luas untuk menaruh sekitar 5 bis, mereka akan parkir disana menunggu acara kenaikan selesai.

Lapangan itu tampaknya biasa digunakan untuk bermain bola, yang bisa aku lihat dari dua buah gawang butut yang terbuat dari bambu.

Disekitarnya terdapat beberapa warung makanan yang mendadak kebanjiran pengunjung.

Mungkin tidak sampai ratusan orang yang datang, seperti kata Gina sebelumnya, paling ini ada sekitar 70-80 orang peserta kenaikan yang membludaki lapangan bola itu.

Tidak jauh dari lapangan dan warung-warung, tampak beberapa rumah penduduk yang jaraknya agak jauh. Model rumahnya kebanyakan model rumah seperti umumnya di perkampungan dengan warna-warna yang sudah kusam tetapi rumahnya lumayan luas-luas, dengan kandang kambing atau ayam yang berada di samping beberapa rumah.

Dari lapangan tersebut, kita harus beriringan berjalan menuju lokasi yang dimaksud, awalnya jalannya besar kemudian semakin jauh semakin mengecil, jalannya terbuat dari tanah dan hanya bisa muat untuk dua orang berjalan berdampingan, kondisinya becek, tanda kemarin atau beberapa hari yang lalu disini turun hujan.

Jalan setapak tersebut turun naik, dan karena becek banyak yang terpeleset.

Kita masih bisa ketawa-tawa ngetawain si Sofi yang beberapa kali kepeleset, salah dia juga, sudah tahu mau jalan jauh ke pelosok, malah pakai sendal, karena katanya sepatunya sayang, takut kotor karena baru dicuci.

"si dodol" pikirku

Sepanjang jalan setapak, di daerah perbukitan, pemandangannya begitu indah, kita bisa lihat kebawah rumah-rumah penduduk disana, ada beberapa bocah yang tanpak terlihat kecil sedang bermain-main.

Sudah pasti perjalanan hiking ini akan melewati area pepohonan yang lebat dan kita baru saja melewati daerah pohon bambu, pohon bambu ini begitu banyak, tinggi-tinggi dan rimbun, langit pun tidak terlihat tertutup rimbunnya daun-daun bambu, membuat suasana sekitar menjadi teduh sekaligus seram, apalagi ditambah lagi dengan bunyi tonggeret ciri khas sebuah perkampungan.

Setelah melewati kawasan bambu kini di sebelah kiri jalan setapak, kita  melewati sebuah jurang yang terlihat tidak begitu curam, dibawah jurang tampak sungai yang luas dan air nya lumayan besar.

" ga ada lampu gini, kalau malam lewat sini, mampus kalau jatuh" pikirku dalam hati

Tidak jauh dari jurang, akhirnya beberapa menit kemudian, kita bertemu dengan sungai yang tadi.

Jalur tujuan kita nantinya akan melewati sungai ini, bagian sungai yang kita lewati ini tidak begitu luas dan dangkal sehingga kita bisa aman melaluinya.

Rombongan melambat disungai, banyak peserta ujian kenaikan melepaskan penat setelah berjalan ditempat ini, bermain-main air, membasuh kaki, tangan juga muka bahkan kesempatan istirahat ini ada yang memanfaatkannya untuk buat foto-foto selfie.

Aku yang datang terlambat ke sungai langsung melepas sepatu, dan menentengnya di tangan kiri, lalu langsung menceburkan kaki ke sungai

"dingin gila"  itu reaksi spontanku ketika air langsung membasahi kaki

"seger ya Sar" celetuk Gina

Aku mengangguk pelan dan menikmati dinginnya air sungai, nikmatnya luar biasa, pegel-pegel di kaki seakan-akan langsung hilang.

Karena airnya jernih, aku letakkan sepatuku di salah satu batu di sungai, dan dengan kedua telapak tanganku, aku ambil air untuk mencuci muka.

Mukaku kembali fresh, mataku kembali segar, penat berjalan hilang seketika.

Kucipratkan sedikit air kepada Gina yang ada disampingku

"woy, masih jauh nih?"

Gina yang terkena cipratan menoleh dan menjawab

"gua juga ga tau, tapi kayaknya sih udah ga jauh kok, naik bukit dikit lagi katanya sih ke arah sana"

Gina berkata sambil menunjuk sebuah jalan yang berada didepan sungai, jalan tersebut agak tertutup pohon-pohon besar dan juga pohon-pohon bambu lagi dan ini lebih tinggi-tinggi.

"ok" jawabku dalam hati, gak akan sesulit sebelumnya, pikirku lagi, sambil menatap jalan setapak yang terlihat semakin gelap dan pengap.

Kuhela nafas ku, dan memberanikan diriku sendiri

"tidak akan ada apa-apa disana"


continue to chapter 3


Taken from my own personal Novel, already published on Mangatoon & Wattpad

https://mangatoon.mobi/contribute/detail?id=39869
https://www.wattpad.com/story/193868184-tersesat-di-kampung-iblis

Allright Reserved

Tersesat di kampung Iblis - Chapter 2 - Darkness is Coming Tersesat di kampung Iblis - Chapter 2 - Darkness is Coming Reviewed by anatama2104 on 7:57 PM Rating: 5

No comments:

300 kedua
Powered by Blogger.