Tersesat di kampung Iblis - Chapter 3 - Pamali



"Arhhhhhh....."

Tiba-tiba, Rina teriak kepada kita, walau tidak keras suaranya tapi terdengar oleh orang lain yang sedang rehat di sungai itu.

"Hey, lihat-lihat itu !" katanya sambil nunjuk, rombongan laki-laki yang baru datang.

Tampak ada sekitar 10 orang laki-laki muda dan tua berjalan beriringan menuju sungai sambil membawa peralatan-peralatan kemah.

Walaupun bawaanya tampak berat mereka kelihatan ceria, ada yang membawa tas besar, ada yang bawa tonggak-tonggak, dan ada yang bawa peralatan masak seperti panci.

Eh tunggu, itu kan yang bawa panci

" Dikaaaa .... !!!" Kataku pada yang lain

"Iya" jawab Rina
Sofi dan Gina pun baru benar-benar memperhatikan rombongan yang datang itu

"Eh iya-iya itu Dika, hahaha" tambah Sofi
"Si cupu, koq ada disini, ya" kata Gina
"Ayo kita samperin"

Kita tampak ceria seperti melihat teman lama yang lama tak sua, kita lupa bahwa Dika adalah orang yang sering kita bully, mungkin kita kangen juga tidak lama melihat korban kita.

"Dika..!!" teriak Sofi ke arah rombongan yang datang, sambil jalan setengah berlari diatas aliran sungai yang dangkal.

Dika, kaget melihat Sofi, dan kemudian dia menoleh ke arah kita semua yang menyusul Sofi.

Tampaknya Dika juga masih mengingat kita semua, wajahnya yang tadi ceria berubah menjadi datar, mungkin dia masih dendam dengan perlakuan kita-kita kepadanya waktu silam.

Setelah semua mendekati Dika, sesaat kita semua diam saling memandang. Seperti menganalisa sesuatu apa yang harus kita katakan selanjutnya.

Aku menatap Dika, harus aku akui walaupun masih keliatan cupu, tapi banyak yang berbeda dari Dika, dia lebih tinggi dan besar sekarang, dan wajahnya, koq jadi kelihatan ganteng ya, dengan ciri kumis tipis laki-laki remaja.

"Ah gila, gua" pikirku
Baru aja aku mau bicara tapi Sofi kembali vokal

"Dika, lu masih kenal kita kan? "

"Jelaslah, lu semua kan yang suka ngerjain gua, mana gua bisa lupa, kalian cewe-cewe jahat" jawab Dika tampak serius

"Jahat katanya ih.. hahaha" kata Sofi langsung tertawa melihat kita semua, Aku,Gina dan Rina ikutan ketawa.

"La..iya, lu semua pada jahat sama gua" kata Dika lagi sambil serius, tapi lama kelamaan ujung bibirnya melebar, dia menahan tawa, dan akhirnya pun dia ketawa lepas, kita jadi heran sama dia.

Tampaknya dia sudah tidak dendam sama kita

"Hey, lu, nenek-nenek lampir lagi pada ngapain disini, jangan kira gua takut lagi sama kalian ya, gue berih sekarang mah" kata Dika sambil mengacungkan kepalannya sambil tersenyum besar.

"Ah kampret, lu Dik " gua kira lu dendam sama kita-kita"
Aku ikutan bicara

"Dendam?, hahaha"
"Kalau gua masih SD si,iya gua masih dendam, itu masa lalu lah, haha.. tenang aja, sekarang gua beda" Jawab Dika tertawa

"Iya...percaya deh"
"BTW, lu dah gak cupu lagi yah, mayan ganteng lu sekarang"  kata Sofi asal ngejeplak tapi tampaknya itu membuat Dika tampak malu dan membuatku mengerenyitkan dahi.

"Ah si Sofi, kampret, ngeduluin gua aja" kata ku dalam hati

"WTF, apa yang baru aja gua pikirin ya" jawabku pada diri sendiri

Tapi mulutku berkata beda
"Cieee Sofiii.." kataku menggoda Sofi dan Dika.

Sofi tidak tersipu tapi Dika iyah

"Apaan sih, lu pea ? "
"Hahaha"

Sofi emang mudah bicara, kayaknya kata-katanya keluar dengan mudah, begitu aja dari mulutnya.

Lah,.kenapa aku gini, ya.. pikirku

Setelah ngobrol ringan beberapa saat, akhirnya kita tahu.kenapa Dika ga pernah kelihatan lagi, ternyata dia setelah lulus SD langsung pindah ke kota Bandung, mengikuti bapaknya yg ditugasi ke kota tersebut.

Nah, di ujian ini, dia ternyata datang untuk mewakili salah satu dojo di Bandung.

"Ngobrol, sambil jalan yuk" ajak Gina kepada kita semua

"Ayok deh" kata Dika, sambil kembali mengangkat pancinya ke belakang punggungnya.

Kita pun mulai kembali berjalan dari sungai tadi, dan tampaknya semua orang pun ikut tergerak maju bersama, ada sekitar 30 orang yang maju bersama mulai menyusuri jalan setapak yang akan kita lalui.

Tampak suasana yang riuh ditempat yang biasanya sepi ini.

Jalan setapak yang ini agak berbeda, bukan teduh tapi cenderung gelap, suasana kiri kanan banyak ilalang tinggi, semrawut, batang-batang bambu menjulang tinggi ke langit, dan menekuk ke bawah pada bagian atasnya, seakan-akan memayungi jalan dibawahnya.

Begitu lembab udaranya dan bau tanah menyengat hidungku, suara serangga tonggeret saling sahut menyahut, seperti bernyanyi bersama menyanyikan lagu kematian.

Membuat, hati bagian dalam ku mengecil dan mulai bergetar, aku mulai takut, kengerian mulai terbayang di pikiranku, aku mulai tidak berani melihat ke kanan dan ke kiri, aku menatap ke depan.

Semakin jauh kita berjalan, semakin mencekam hatiku.

Tampaknya aku juga mulai keringat dingin.

Pandangan ku menatap panci yang berada di belakang punggung Dika, Dika berjalan didepan ku bersama Sofi. Rina di depan sendiri sambil sebentar-sebentar menoleh kebelakang membalas obrolan Dika dan Sofi.

Sedang paling belakang, aku berjalan bersampingan dengan Gina, Gina ada di samping kananku.

Tapi aku tidak bisa merasakan aman jalan dengan Gina, seakan-akan aku berjalan sendirian di belakang, aku lihat wajah Gina yang ceria juga sedang mendengarkan obrolan Dika dan Sofi.

Aku tidak bisa mendengarkan obrolan mereka, telingaku sesak dengan nyanyian serangga tonggeret, bunyi batang-batang pohon bergesekan, bunyi gemuruh berisik daun-daun bambu diatas kepalaku tertiup angin.

Bunyi langkah kaki di belakangku !!! Di samping kiriku. !!

Aku dengan cepat menengok ke kiri, tidak ada apa-apa hanya tumpukan ilalang yang tinggi.

Aku menoleh ke belakang, tidak ada siapa-siapa !

Tampaknya rombongan tidak ada di belakangku, mungkin jauh tertinggal.

Lalu langkah siapa itu, itu hanya dalam pikiranku, saja, jawabku menjawab diri sendiri.

Tapi, mengapa, aku merasa seperti diawasi.

Mengapa tiba-tiba jantungku berdegup kencang ? dan bulu kudukku mulai berdiri. Langkahku makin memberat

Aku hanya berimajinasi !! Ketakutan hampir seluruhnya menguasai diriku.

Aku harus cepat menguasai diriku lagi.

Aku harus memberitahu yang lain tanpa mereka harus mentertawakan aku.

Panik!

Aku lalu berjalan cepat menuju Dika, dan memukul keras panci di belakang punggungnya dengan tanganku.

" DUENG.... DUENG. ... !!! "
" Oyyyyyyyy......!!!!"
Aku memukul panci itu dua kali dengan segenap tenagaku dan berteriak ga karuan.

Semua kaget dengan apa yang kulakukan terutama Dika yang membawa panci tersebut.

"Woy, gila lu !!" Teriak Dika, tiba-tiba setelah ngomong gitu dia menunduk seakan-akan omongannya takut terdengar oleh orang lain atau sesuatu yang lain.

"Iya gila, lu, ngapain? " kata Gina sambil memutar pundakku dengan tangannya, Rina dan Sofi memandang tajam wajahku.

"Sorrri-soriii..." kataku terbata-bata

"Pamali tau " kata Dika setengah menghardik aku

"Ini wilayah yang jarang dilewati sama orang, kita ga boleh sembarangan disini! ,  apalagi teriak-teriak, atau bikin gaduh kayak tadi !"

Dika marah

"Kita harus ngehormatin wilayah yang bukan wilayah kita, kita ga tau apa-apa wilayah ini, hati-hati"

"Sembarangan lu !!" Omelnya lagi

Dika tampaknya marah besar padaku, akupun memberi alasan yang asal jawab

" Tappiii, tapi kan ga ada siapa-siapa disini !" Jawabku

Muka Dika mendekati mukaku, wajahnya terlihat marah

"Jangan asal ngomong lu" jawabnya tegas

"Kita mungkin tidak bisa melihat tetapi bukan berarti tidak ada apa-apa !! "

Kata-kata itu langsung mengena padaku, jantungku serasa hilang mendengar Dika bicara seperti itu, rasa bersalah kini menyelimuti diriku

"Bukan maksud gua, Dik..." Jawabku lirih

Rina, datang menyerebot ke arahku, dan memelukku, Gina yang disamping ku ikutan merangkul pundakku.

" Sudah-sudah, gak sengaja dia tadi, gak apa-apa ayo jalan lagi" bela Rina

Mereka berdua menenangkanku, Sofi menatap kasihan kepadaku, kami pun kembali berjalan secara perlahan. Sofi terus menoleh ke belakang ke arahku, sambil berjalan, Rina berjalan sambil memelukku, Gina kini berjalan sendiri di belakangku, seakan-akan melindungiku dari belakang.

Rasa takut yang sudah menguasai diriku, menghilang perlahan-lahan ditelan kehangatan pelukan Rina dan lindungan temanku lainnya, kehangatan kini juga terasa di pipiku seiring rasa penyesalan yang makin membesar.

" Maafkan aku ...  " lirihku dalam hati


Continue to next Chapter


Taken from my own personal Novel, already published on Mangatoon & Wattpad

https://mangatoon.mobi/contribute/detail?id=39869
https://www.wattpad.com/story/193868184-tersesat-di-kampung-iblis

Allright Reserved


Tersesat di kampung Iblis - Chapter 3 - Pamali Tersesat di kampung Iblis - Chapter 3 - Pamali Reviewed by anatama2104 on 3:47 PM Rating: 5

No comments:

300 kedua
Powered by Blogger.