Tersesat di kampung Iblis - Chapter 12 - The Killer Within


Dika Ferdiansyah
Namaku Dika, aku masih bersekolah di salah satu SMU di Bandung, di sekolah ini aku terkenal sebagai siswa yang mempunyai reputasi, hmmm ... bukan reputasi yang baik sayangnya, aku ditakuti dan dijauhi oleh anak-anak lainnya. Aku adalah seorang pembully.
Aku sengaja membuat reputasi tersebut di sekolah ini, sebagai suatu balas dendam atas diriku sendiri, yang selalu menjadi korban bully waktu aku masih kecil, terutama waktu aku masih di sekolah SD ku dulu.
Ilmu bela diri yang aku dapatkan di luar jam sekolah, aku gunakan untuk berkelahi melawan anak yang tidak menuruti apa kataku. Dojoku tidak mengetahui penyalahgunaan ilmu yang telah kudapatkan tersebut.
Tidak, dulu aku tidak begini, aku dulu anak yang baik tidak nakal, hanya fisik ku lemah, badanku kecil, aku juga seorang pemalu, sehingga anak-anak sekelasku lebih senang untuk mengeksploitasi kelemahanku ini.
Bahkan kebanyakan mereka yang membullyku adalah anak-anak perempuan. Mereka tidak membullyku secara fisik tapi mereka membullyku secara mental, mereka suka mempermainkan aku, mempermalukan aku tiap hari di jam istirahat sekolah. Hal ini sering membuatku merasa rendah diri. Aku menjadi seorang pemurung waktu kecil dahulu.
Orang tuaku bahkan terkadang bingung menghadapiku di rumah, karena aku menjadi sanagat pendiam apabila aku pulang dari sekolah, aku tidak mau memberitahukan hal-hal yang terjadi di sekolah pada orang tuaku. Parahanya, bahkan sempat sampai orang tuaku membawaku ke dokter psikiatri untuk mengecek kejiwaanku.
Hal inilah yang menjadi suatu motivasi kuat bagiku untuk bertekad, hal tersebut tidak akan terjadi lagi di masa sekarang dan masa depan.
Hal yang pertama aku lakukan untuk berubah adalah meminta pindah tempat tinggal, keluar kota, setelah lulus SD untuk membuat awalan baru, aku merengek kepada orang tuaku untuk pindah ke kota Bandung ini, sehingga mereka pun terpaksa menurutiku, sehingga ayahku pun harus mencari pekerjaan baru di kota ini.
Setelah itu aku menempa fisikku, aku mulai sering latihan gym dan juga mengikuti latihan bela diri, yakni karate. Aku tahu seni bela diri bukanlah untuk melakukan kekerasan tapi itu hanyalah teori bagiku. Sedikit demi sedikit, hari demi hari, aku mulai meraih reputasi disegani di sekolahku ini, dalam sebulan, lebih dari 5 kali aku dipanggil kepala sekolah untuk mempertanggung jawabkan kelakuanku.
Aku menjadi begini, karena masa laluku yang membuatku seperti ini pula.
Suatu hari, di sebuah kegiatan bela diri yakni ujian kenaikan tingkat yang kuikuti, aku harus menuju Bogor untuk mewakili dojoku, aku kaget bukan main saat aku bertemu dengan cewek-cewek yang memberikanku luka mental sewaktu aku masih SD dulu.
Rasanya ingin sekali memukuli mereka berkali-kali pada saat itu juga. Mereka kini tampak sangat kecil bagiku, tak ada rasa takut sama sekali melihat mereka semua kali ini.
Rina, Sari, Sofi dan Gina, sang empat sekawan, ya, aku ingat kalian semua, yang suka menertawakan aku, apabila aku menangis karena ulah kalian juga, kalian juga yang paling suka mempermalukan aku di hadapan teman-teman lainnya hanya karena kesalahan kecil dariku.
Aku suka bersembunyi-sembunyi di jam istirahat, agar tidak bertemu dengan kalian. Aku begitu takut untuk bertemu dengan kalian waktu dulu.
No more !, aku kini melihat kalian dengan tingkatan ku yang jauh lebih tinggi daripada kalian, aku tersenyum melihat mereka satu persatu, mereka begitu lugu sebagai cewek.
Keluguan mereka tidak akan mengelabuiku, kini meja telah berputar, aku yang akan memegang kendali atas kalian semua.
Wajahku bisa tersenyum tetapi hatiku begitu membara, aku berpura-pura ramah kepada mereka seakan-akan masa lalu hanyalah tinggal masa lalu. Keinginan berpikir membalas dendam saat ini, mulai melintas di otakku. Aku memutar otak untuk mencari cara membalas dendam yang bagus, selagi aku berbasa-basi, berbincang manis dengan mereka.
Merekalah yang membuat ku begini, itu yang selalu aku camkan dalam hatiku, kini saatnya mereka membayar.
Akhirnya aku mulai menemukan cara untuk menuntaskan perkara ini, di hutan bambu inilah aku akan membalaskan dendamku.
Sari, dia begitu lemah diantara mereka semua, dialah titik sasaran utamaku, Gina dan Sofi tampaknya agak susah dijadikan sasaran untuk saat ini, karena mental dan fisik mereka tidak selemah Sari. Namun apabila aku mengenai Sari, maka yang lain akan terkena efek juga.
Apalagi Sari sudah memperlihatkan ketakutannya pada hutan bambu yang kita lalui bersama ini, ya, ini adalah tempat yang sempurna untuk menghabisinya.
Aku langsung mengetahui ujian nyali ini adalah satu-satunya cara untuk mencapai keinginanku.
Dengan pengaruh dan rangkingku di perguruan Karate ini aku mengajukan diri untuk menjadi sukarela menjadi bagian dari panitia ujian nyali ini. Dan tentunya aku disetujui karena memang aku sudah senior di dojo ku di Bandung.
Aku lalu dengan mudahnya mengatur susunan peserta ujian nyali ini, aku mengatur agar Sari dan Rina berjalan bersama nanti dan juga memberikan mereka nomer urut untuk berjalan, di nomer tengah-tengah, agar aku mempunyai waktu untuk menjalankan rencanaku.
Semua hal ini, tentunya aku lakukan tanpa membuat panitia ujian nyali dan panitia kenaikan tingkat merasa curiga.
Setelah mendirikan tenda, aku lalu kembali ke hutan bambu untuk mensurvey lokasi mana yang cocok untuk kujadikan sebagai tempat eksekusiku.
Setelah aku menetapkan sebuah lembah yang agak dalam dan terpencil, aku lalu memberikan saran pada panitia untuk mengganti dan menetapkan lokasi uji nyali yang mendekati wilayah yang sudah aku targetkan, mudah sekali ini terwujud, aku seakan-akan diberi. kemudahan untuk melakukan niat jahatku ini.
Aku tidak takut dengan masalah hal gaib atau hal-hal yang kita tidak ketahui, yang menurut para Senpai dan Sensei untuk berhati-hati dalam menjalankan tugas ujian nyali itu. Kita harus menghormati daerah ini menurut mereka, peduli setan, dengan hal-hal gaib pikirku.
Akulah setannnya, aku merasa begitu percaya diri dan menganggap rendah segala hal.
Tak sabar rasanya menanti malam diadakannya ujian tersebut, sebelum ujian dimulai, aku mendekati Sari dan Rina untuk berbasa-basi, aku akan membantu mereka nanti di pos dua, aku tersenyum di dalam hati ku yang iblis ini.
Inilah akhir mereka, pikirku dalam hati sambil menatap wajah Sari yang terlihat takut dan was-was. Tak ada rasa kasihan padaku saat ini kepada mereka, aku selalu mengingatkan diriku sendiri dalam pikiranku, disaat aku ragu, yakni merekalah yang pertama melakukan ini dan mereka harus membayarnya sekarang.
***
Aku tahu, kini giliran mereka untuk memasuki pos dua yang kujaga, aku tinggalkan pos, untuk menjemput mereka di pertengahan jalan, saatnya melakukan teror kepada Sari dan RIna.
Aku yang hapal rute ke pos dua ini, tak menghadapi masalah dengan kegelapan, sebelum ke pos dua, aku tutupi tanda berbelok menuju posku dengan kain warna hitam, sehingga tanda tersebut seakan-akan tidak ada atau tidak terlihat, kemudian setelah itu aku menunggu di pinggiran lembah.
Aku tahu mereka akan panik, terutama Sari dalam mencari tanda ke pos dua, dan dugaanku benar, aku mengintip lewat semak-semak dimana mereka berputar-putar tidak karuan di wilayah yang aku inginkan, dan disaat Sari bena-benar panik, aku yang sembunyi di semak-semak menjegal kakinya dengan tanganku agar dia terjatuh ke lembah yang lumayan tinggi itu.
Sialnya, dia tidak jatuh sesuai yang aku inginkan, dia hanya tergelincir saja, kebawah dan beberapa saat kudengar teriakannya dibawah sana, dia masih hidup dibawah sana.
Lalu, aku melihat Rina yang berada diatas sendirian, saat aku hendak menyerangnya, aku kaget tanda yang aku tutupi telah hilang kainnya, sehingga RIna bisa mengetahui jalan menuju pos dua. Aku urungkan niat untuk menyerangnya.
Anehnya, aku lihat RIna seperti bicara dengan seseorang, padahal Sari ada di bawah sana, dan dia lalu berlari menuju pos ke dua dengan tangannya kulihat seperti menggandeng tangan orang lain, padahal dia hanya sendirian disana. Bulu kudukku sempat berdiri saat melihat itu.
Apa yang terjadi ? pikirku, aku kemudian menyadarkan diriku sendiri, dan aku harus segera ke pos dua untuk menjumpai Rina disana.
Setelah berlari-lari, aku akhirnya sampai ke pos dua, Sial ada dua orang lain yang sudah menungguku, dan Rina tampaknya sudah berbicara dengan mereka tentang apa yang terjadi dengan Sari. Bisa gagal rencanaku ini. Aku lalu mengusir mereka dengan halus untuk segera menuju pos tiga, dan untuk tidak membicarakan kejadian Rina yang kehilangan Sari. Untungnya mereka menurutiku.
Kini kembali ke Rina, dia mengajakku kembali ke tempat kejadian dimana Sari terjatuh, dia jatuh ke perangkapku kembali, aku tersenyum dalam hati. Dia tidak curiga sama sekali.
Setelah sampai di dekat lembah itu, aku berpura-pura melihat keadaan sekitar untuk mencari cara turun ke bawah, Rina pun juga sedang melihat sekeliling.
Disaat dia lengah, aku mengambil sebuah batang kayu besar yang keras, yang tergeletak di dekat kakiku, aku akan menghantamkan batang kayu ini kepadanya, tapi disaat aku jongkok untuk mengambil batang pohon itu, aku lihat bayangan sekelebat di depanku, aku sempat berhenti untuk melihatnya. Tampak seperti ada bayangan yang memperhatikanku.
Namun, aku sudah gelap mata, aku ambil batang kayu tersebut dan Rina berdiri tepat di posisi yang kuinginkan, dia berdiri di atas bibir lembah, aku dekati dirinya perlahan-lahan, dan langsung menghantam keras kepala nya.
Dia roboh, saat itu juga dan sempat meminta tolong kepadaku, aku hanya tersenyum iblis saat badannya mulai terjungkal jatuh ke dalam lembah, Aku terkekeh-kekeh rencanaku berhasil, dua orang sudah tumbang.
Tidak lama kemudian, aku lalu menuruni lembah untuk melihat keadaan mereka, setelah sampai lembah tersebut aku kaget, Sari ternyata tidak ada disana, hanya ada tubuh Rani yang terbujur tengkurap bersimbah darah.
Aku sempat panik, aku lalu mencari-cari Sari disana, tapi dia tidak ada di bawah sana.
"kemana gerangan dia ?" pikirku , aku lalu kembali menaiki lembah dan berkeliling untuk mencarinya, Tidak mungkin dia bisa begitu saja menghilang.
Apa bayangan hitam tadi telah menolong Sari ? pikirku sambil berdiri, menatap ke bawah lembah. Aku kemudian menggenggam erat batang kayu yang masih ada di tanganku dan mulai berjalan ke arah sungai untuk mencarinya.
Lama sekali, aku mencari Sari, tapi dia tidak kutemukan juga, dengan kesal aku memutuskan untuk berjalan kembali ke lembah, dalam perjalanan, aku merasa ada seseorang yang mengikutiku, aku berhenti sesaat dan menantangnya.
"Hoy, lu jangan Ikut campur, atau gua abisin juga lu .!! " teriakku kasar , namun tidak ada yang menjawab, aku benar-benar sangat kesal saat itu, Aku lalu berkeliling sekali lagi untuk memastikan Sari tidak ada diatas, dan setelah aku yakin tidak ada aku kembali menuruni lembah itu, untuk menemui tubuh Rina.
Tubuh Rina masih terbujur disana, kuperhatikan kepalanya banyak mengeluarkan darah, dia tidak bergerak sama sekali. Aku rasa dia telah mati
"Mati, lu Rin " kataku dalam hati.
Aku tidak pernah berpikir untuk membunuhnya aku hanya mengayunkan batang pohon itu untuk melampiaskan amarahku, tapi aku saat ini tidak merasa bersalah sama sekali dia mati karena aku.
Aku memperhatikan sekali lagi mayatnya, lalu aku membalikkan badannya, dan menyeretnya ke semak-semak dan menyembunyikan tubuhnya biar tidak ada yang menemukannya, biar dimakan binatang nanti, pikirku.
Aku lalu menutupi tubuh RIna dengan seadanya saja, hanya agar tidak terlihat oleh orang lain, padahal tidak akan ada yang melewati daerah ini, hanya isntingku saja untuk menutupi korbanku. Aku lalu pergi kembali keatas, aku harus kembali dulu ke posku agar tidak ada yang curiga nanti, dan aku akan kembali kesini lagi.
***
Aku lalu melayani para peserta ujian di pos ku, termasuk teman Sari, Sofi, dia sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi pada kedua temannya. Giliran dia akan menyusul pikirku lagi. Setelah beberapa lama aku berada di pos dua, aku pun kembali ke tempat kejadian.
Sebelum menuruni lembah aku memungut kembali batang pohon yang aku pakai untuk menghantam kepala Rina di tempat yang aku sembunyikan, aku perhatikan ujung batangnya yang berlumuran darah, aku tersenyum.
Aku lalu menuruni lembah itu, dan kagetlah aku, karena dari kejauhan aku sepertinya melihat Sari disana, aku lalu bergegas menuju kesana, dan Benar.
Ternyata Sari dan Rina masih hidup, mereka saling berpelukan.
Aku geram, hal ini membuatku tambah murka saja, tubuhku gemetar karena darahku mendidih dirajang rasa marah di hatiku, aku lalu mendekati mereka, dengan batang pohon yang kupegang erat-erat dan aku siapkan untuk mengayunkan dan menghantam kembali kepala mereka berdua.


Read next Chapter
Taken from my own personal Novel, already published on Mangatoon & Wattpad

Allright Reserved

Tersesat di kampung Iblis - Chapter 12 - The Killer Within Tersesat di kampung Iblis - Chapter 12 -  The Killer Within Reviewed by anatama2104 on 4:15 PM Rating: 5

1 comment:

  1. Ingin Dapat Jutaan Rupiah Setiap Harinya Dengan Mudah 🙂
    Gabung Sekarang Juga Dengan Situs Poker Online 100% Terpercaya 🙂 Cs Cantik Dan Ramah Siap Membantu 🙂

    Silahkan Kunjungi Link Kami : legendaq(dot)net
    Tunggu Apa Lagi Guyss...!!!!
    Gabung Sekarang Juga ^^

    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - WA : +62 812-8132-8864
    - Line : Legendaqq
    - Twitter : @JessicawijayaL

    Link alternatif :
    - www.legendaq(dot)com
    - www.legendaq(dot)net
    - www.legendaq(dot)info

    #legendaqq #rajaqq #indoqq #dewapoker #dewaqq #asikqq #ituqq #ahliqq #maindomino99 #aslidomino #ratuqq #bandarq #aduq #domino99 #corona #judiuangasli #perangbaccarat #bandarpoker #capsasusun #bandarqonline #sakong #bandar66 #akunpro #withdraw

    ReplyDelete

300 kedua
Powered by Blogger.