Tersesat di kampung Iblis - Chapter 11 - Reunion


Usahaku untuk melarikan diri, dihentikan oleh si manusia tak berkepala itu, dia langsung mencengkram tanganku.
Cengkraman tangannya tidak terasa dingin seperti tangan si kakek, tapi begitu kuat sehingga lariku langsung terhenti, aku lalu meronta-ronta untuk melepaskan diri tapi usahaku ini percuma saja.
Kemudian si manusia tak berkepala itu mulai berjalan cepat dan ia menarik tanganku dengan kuat sehingga dengan terpaksa aku harus mengikuti arah kemanapun dia pergi.
Aku ditarik menjauh dari si kakek yang terus mengejar kita, dan tiba-tiba tak berapa lama, muncul kembali asap hitam yang keluar dari udara di belakang badan kami, asap itu makin membesar dan membesar.
Mengetahui ada asap muncul, dari kejauhan tampak si kakek berlari lebih cepat menuju tempat kita.
Tapi jarak si kakek dan kami terlalu jauh, sehingga dengan santainya si manusia tak berkepala itu menarikku ke dalam asap itu bersama dirinya, terkejutlah aku setelah memasuki asap itu, aku kini berada dalam kegelapan malam, di dalam pohon bambu itu kembali.
Setelah aku dan manusia tak berkepala itu melewati portal asap tersebut, asap kembali dengan cepat mengecil dan menghilang.
Dunia iblis yang terang itu hilang, bergantikan suasana malam di hutan bambu. Sesuatu yang aneh bagiku, bahwa aku dalam hati lebih merasa baik berada disini di dalam kegelapan, dibanding berada di dunia iblis disana yang terang benderang.
Manusia tak berkepala itu lalu melepaskan cengkraman tangannya dari tanganku, aku langsung mundur tetapi aku langsung jatuh terduduk.
" Haruskah aku lari? " pikirku dengan cepat, tapi aku lihat si manusia tak berkepala itu hanya diam saja menghadapku, dia tidak melakukan sesuatu, seperti hanya memperhatikan diriku saja.
Aku mengurungkan niat ku untuk lari, sambil terduduk aku melihat sekitar, mataku kembali butuh penyesuaian dengan kegelapan.
Dan setelah beberapa saat mataku menyesuaikan diri, aku menyadari bahwa aku berada di lembah tempat aku jatuh dahulu, aku melihat ke atas ke tempat tinggi, dimana aku jatuh.
Ya, ini tempat aku jatuh. Aku lalu berdiri sambil memperhatikan keadaan sekitar.
Tiba-tiba, tanpa kusadari si manusia tanpa kepala ini berada di depanku dan dengan cepat menepuk perutku, tepukannya cukup keras, sehingga membuatku kaget dan nyeri, aku langsung mundur jauh, dan hendak lari.
Tapi disaat, aku hendak lari, aku merasakan perutku terasa mulas sekali, sakit rasanya, dan mual-mual, sambil berbungkuk, aku menekan perutku dengan kedua tanganku.
Apa yang terjadi padaku?, apa yang telah ia lakukan pada perutku, aku menoleh padanya, dia hanya diam saja disana.
"Apa yang kau lakukan padaku? " teriakku marah sambil menunjukkan jariku padanya, lalu aku menjatuhkan diri diatas lututku dan aku mulai muntah-muntah.
Aku muntah, seakan-akan aku mengeluarkan semua isi perutku pada saat itu, rasanya begitu sakit disaat aku mengeluarkan cairan muntahku.
Sekitar lima menitan lebih aku mengeluarkan isi perutku, disamping cairan, tampak semua makanan yang belum tercerna, keluar semua, makanan ini adalah semua makanan yang aku makan di dunia gaib itu.
Dan, aku kaget ketika melihat muntahan yang aku keluarkan tersebut, sisa-sisa makanan yang aku muntahkan ternyata adalah makanan kotor semua, bahkan aku seperti mengeluarkan sebuah daging busuk dan makanan-makanan busuk yang sudah dikerubuti belatung, ada beberapa belatung yang masih bergerak-gerak dan yang mati, di dalam muntahanku itu.
Astagfirullah , hiii...
Aku bergidik, dan kembali mual, aku kembali muntah, sampai aku akhirnya kehabisan tenaga untuk muntah, aku rasa sudah tidak ada lagi isi makanan dalam perutku yang bisa kumuntahkan lagi, dan setelah aku muntah terakhir itu, perutku seakan-akan menjadi enteng dan terasa bersih, aku malah merasa lebih enakan.
Nafasku masih ngos-ngosan.
Aku seka mulutku dengan tanganku, mual dan jijik rasanya melihat apa yang telah kumakan sebelumnya. Aku diam sejenak.
Kini aku kembali tenang.
Aku menyadari bahwa semua makanan yang aku makan di dunia gaib bukanlah makanan yang enak-enak, melainkan makanan-manakan yang tidak layak dimakan oleh manusia, kakek dan para iblis itu menipuku, mereka dengan sengaja memberi makanan-makanan busuk kepadaku.
Aku lalu menengok kepada manusia tak berkepala itu, apakah dia telah menolongku juga tadi? pikirku.
Si manusia tak berkepala tetap tak bergeming dia seperti menatapku dengan badannya, semua hal yang telah ia lakukan padaku ini, dikit demi sedikit membuat rasa takutku kepadanya mulai menghilang.
Aku mulai berpikir, ternyata si manusia tak berkepala ini, dibalik tindakannya, telah banyak menolongku, dia telah mengeluarkan aku dari dimensi dunia gaib dan membawaku kembali ke dunia nyata, dan juga ia telah membantuku mengeluarkan kotoran-kotoran yang telah aku makan.
Pantas saja, si kakek dan para iblis-iblis itu marah dan berusaha mengusir si manusia tak berkepala itu, dari dunia mereka, karena mereka tahu, dia berbeda dengan mereka, dia baik, tidak seperti mereka, mereka tahu dia akan menolongku keluar dari dunia gaib jahat itu.
Aku kemudian berdiri, lalu dengan kakiku, aku menutupi bekas muntahku tersebut dengan tanah yang ada di sekitar muntahku.
Aku lalu mengahadap dirinya,
"Kamu siapa? apa yang kamu inginkan dariku? " tanyaku kepadanya untuk membuka pembicaraan, dan tentu saja dia diam saja, tak ada mulut yang bisa menjawab pertanyaanku. Bodohnya aku, pikirku lagi.
Dia tetap diam tak bergeming, aku kini telah dapat menguasai diriku tak ada lagi rasa takut saat ini, dan aku yakin aku tidak berada dalam keadaan bahaya, aku yakin bahwa manusia tak berkepala ini adalah baik dan tidak jahat dan tidak mengerikan seperti penampilannya.
Aku lalu mulai melihat keadaan sekitar, suasana masih gelap, sudah jam berapakah ini, apakah sudah mau subuh? pikirku.
Setelah melihat ke kanan dan ke kiri, aku kemudian kembali menatap si manusia tak berkepala itu, aku mendekatinya dengan hati-hati.
Walau aku tak merasakan lagi dalam bahaya, aku masih bersikap berhati-hati, siapa tahu aku salah sangka.
Aku lihat badannya yang kurus itu, aku perhatikan lehernya yang terputus, begitu menjijikan melihatnya, aku tak berani membicarakan hal ini kepadanya.
"Apa yang terjadi padamu? " kataku dalam hati, aku mengitarinya dan tampaknya dia mengikuti gerak badanku kemanapun aku mengitari dirinya.
Aku lalu berhenti sejenak, kemudian tiba-tiba aku teringat dengan kepala yang pernah aku temukan saat aku jatuh, dan aku melemparkannya ke sebuah tempat.
Aku yakin, itu adalah kepala miliknya, pikirku.
Lalu aku kembali melihat sekitar untuk mengingat-ngingat dimana aku lemparkan kepala itu.
Tak berapa lama, akhirnya aku ingat tempat dimana aku melempar kepala itu, aku lalu menghampiri tempat tersebut, manusia tak berkepala itu tetap diam memperhatikan kemanapun aku berjalan.
Aku kemudian mencari kepala tersebut, diantara semak-semak dan ilalang, agak lama aku mencarinya karena keterbatasan cahaya pada waktu itu
Tapi aku menemukannya, dia terjepit dibawah daun-daun besar yang membusuk, aku membuka daun itu, dan melihat kepala tersebut. Memang mengerikan seperti pertama aku menemukannya, kepalanya sudah sebagian membusuk, walau merasa jijik dan agak takut, aku berusaha menahannya dan berusaha meraih kepala tersebut.
Aku menelan ludah, setelah kedua tanganku mengangkat kepala tersebut, rasa jijik dan mual, tapi aku harus menahan diri, aku harus membalas budi kepadanya karena telah melepaskan diriku dari jebakan dunia gaib.
Aku mengangkatnya dengan dua tangan dan kemudian mendatangi dan menyerahkan kepala tersebut kepada dirinya.
Manusia tak berkepala itu ternyata mengetahui apa yang kulakukan.
"Apakah ini kepalamu? " kataku kepadanya, sambil aku mengasongkan kepala tersebut kepadanya, tetap tak ada jawaban.
Tapi, dia langsung mengasongkan kedua tangannya juga, dan mengambil kepala yang aku berikan, dia memegang kepala tersebut, dan mengangkatnya seperti memperhatikan kepala tersebut, lalu mendekapnya di dadanya.
Aku pikir dia akan menempelkan kepala tersebut pada lehernya dan tiba-tiba kepala tersebut menempel kembali, pikirku.
Aku tersenyum konyol, baru kali ini aku bisa kembali tersenyum dengan situasi seperti ini.
Aku rasa dia memang dulunya adalah manusia yang baik, hanya musibah yang membuatnya seperti ini, entahlah dulu apa yang terjadi dengan dia.
Aku yakin dia adalah korban pembunuhan seperti yang sebelumnya dikatakan oleh para senpai sebelum perjalanan ini dimulai.
" Terimakasih telah menolongku " kataku kepadanya.
Dia masih diam saja, tak bergeming.
Lalu tiba-tiba dia mengangkat tangan satunya yang tak memegang kepala, dia menunjuk ke sebuah tempat.
Aku lalu melihat ke arah mana dia menunjuk tempat tersebut, tidak ada apa-apa disana pikirku, hanya kumpulan semak dan ilalang.
"Ada apa disana? " kataku padanya, sekali lagi aku memperhatikan tempat itu, tapi tidak ada apa-apa disana.
Aku kemudian menengoknya lagi, dia masih berdiri disana, dengan tangan yang menunjuk ke arah tempat tersebut.
Aku kemudian bergerak untuk mendekati tempat yang ia tunjuk. Sekilas aku tidak melihat apa-apa.
Tapi, aku terkejut setelah aku mendekati tempat tersebut, aku seperti melihat sebuah tangan yang terkepal, aku mundur ke belakang karena kaget, namun aku memberanikan diriku untuk maju kembali, untuk melihat tangan siapa itu.
Badan dan kepalanya tertutup sampah-sampah daun, batu-batuan dan juga ranting-rantingan, tampaknya ia sengaja disembunyikan di tempat itu, semua kotoran itu sengaja ditaruh untuk menutupi badan dan kepalanya.
Hidup atau matikah dia ?, pikirku dalam hati.
Aku lalu memperhatikan genggaman tangannya, ada sebuah benda mengkilap yang ia genggam, semacam rantai yang mengikat kepalannya, dan ujung logam yang berbentuk salib tersembul diantara jari-jarinya.
Itu adalah rosario.
Darahku langsung tersirap.
Astagfirullah , itu Rina.
"Rinaaaa.. !! " jeritku, sambil dengan cepat aku menghambur kepada dirinya, aku berlutut dan segera membersihkan badannya dari kotoran-kotoran yang menutupi badan dan kepalanya.
Ia benar, itu adalah Rina., sahabatku.
Aku mendekapnya, kepala dan mukanya berlumuran darah, ujung mataku kembali berair, aku kembali menangis, dan kali ini bukanlah tangis karena ketakutan akan gelap dan hal-hal gaib, tapi merupakan tangis takut akan kehilangan salah seorang dari yang kusayangi.
Aku menatapnya dan kembali memeluknya. Air mataku terus berlinang.
" Rin.. rinnna.. "
"Rinaaa, rinnn....Astagfirulah apa yang terjadi sama elu..." kataku terisak-isak, aku memeluknya dengan erat, dan menggoyang-goyangnya.
Aku tidak percaya apa yang terjadi pada dirinya, apakah Rina telah mati?
Lalu aku dengar lirihannya yang pelan,
"Sari... tolong"
Suaranya begitu kecil, tapi aku mendengar jelas.
Alhamdulillah , dia masih hidup, terimakasih Tuhan, aku memeluknya sekali lagi kemudian melepaskan pelukannya dan mendudukannya, bersender kepadaku.
Aku melihatnya tersenyum kepadaku, aku lalu memeluknya dari belakang. Dia begitu lemah sekali, sebagian darah di kepalanya terlumur kepadaku.
Aku lalu menoleh kepada manusia tanpa kepala itu untuk meminta penjelasan kepada dirinya.
Dia masih ada disana, berdiri memperhatikan aku dan Rina.
Namun, tiba-tiba dia menghilang seperti asap, disaat ada suara seseorang yang turun ke lembah ini dengan cepat.
Aku lihat sebuah sosok bayangan dari jauh sedang menuruni lembah.
Tidak lama kemudian, orang itu sudah ada dihadapan aku dan Rina, dia berdiri tegap dan badannya terlihat bergetaran.

continue to next chapter
Taken from my own personal Novel, already published on Mangatoon & Wattpad

Allright Reserved

Tersesat di kampung Iblis - Chapter 11 - Reunion Tersesat di kampung Iblis - Chapter 11 -  Reunion Reviewed by anatama2104 on 4:13 PM Rating: 5

No comments:

300 kedua
Powered by Blogger.