Tersesat di kampung Iblis - Chapter 13 - Rangkulan Kematian - End


Manusia Iblis
Awalnya dalam kegelapan, aku tidak mengetahui siapa laki-laki yang ada di hadapan kami ini, namun tidak lama kemudian aku bisa melihat jelas bahwa, Dika lah yang sedang berdiri tegap menghadap kami. Dia tampak berbeda, bukan Dika yang aku kenal sebelumnya. Dia tampak garang dan bengis.
Wajahnya terlihat jelas kemarahan, badannya bergemetaran dan tangannya memegang erat sebuah tongkat kayu yang besar.
"Dik, tolong kita, Rina luka parah Dik .." kataku padanya
Dia diam saja, menatap tajam kami berdua,
" Dik tolong .." kataku lagi, belum selesai aku berbicara, RIna melambai lemah kepadaku seakan-akan memberhentikan aku untuk meminta tolong kepada Dika. Wajah Rina tampak ketakutan melihat DIka, Spontan aku langsung berpikir bahwa ini adalah perbuatan Dika yang membuat RIna menjadi seperti ini,
Rina membuka mulutnya, walau dengan suara kecil dan terbata-bata, aku bisa jelas mendengarnya,
" Sar, lariii .. Dika jahat.., Lari "
Jantungku langsung berdetak kencang saat itu juga, aku panik tapi tidak bisa bergerak, aku menatap DIka yang memang tampak terlihat jahat, apakah aku harus lari meninggalkan Rina untuk menyelamatkan diriku sendiri. Tentu tidak aku bukanlah seperti itu, aku tidak bisa meninggalkan dia seperti ini.
Rina mengenggam lenganku dan kembali bicara lebih keras padaku
"Larii,,  !!" pintanya padaku, dibalik matanya yang berlinangan air mata, sorot mata ketakutan terlihat jelas menatap diriku.
Aku masih diam terduduk memeluk dia, aku tidak bisa lari, tidak mungkin aku lari, benarkah Dika yang melakukan hal ini kepada Rina ? Aku masih bingung harus melakukan apa.
"gua ga bisa ninggalin elu, Rin," kataku sambil menangis, aku mengambil tangan RIna dan kembali memeluknya, kami tampak begitu lemah sekali.
Dika mulai berjalan ke arah kami, matanya menyorot tajam kepadaku, dahinya mengerenyit, rahangnya menggembung menggigit gigi-giginya, untuk menahan amarah yang tampaknya meluap dalam dadanya.
"Dika.. !!"  Aku spontan membentaknya dengan keras, dia berhenti berjalan ke arah kami,
"Apa yang lu mau lakuin ..? Rina luka begini, apa gara-gara elu ?! " bentakku sekali lagi, aku berusaha menyembunyikan rasa ketakutanku kepadanya dengan bersuara keras.
Dika, terdiam, dia kini berdiri, hanya berjarak beberapa langkah saja dari tempat kita, kulihat sekilas senyum di wajahnya, dia menjawab
"Iyah, gua yang mukul Rina pakai ini, hehe .. " jawabnya enteng sambil memukul-mukulkan kayu yang dipegangnya ke telapak tangan yang satunya.
Dadaku langsung terasa sesak, mendengar jawaban Dika. Jantungku berdebar kencang.
"Apa-apaan ? mak..sud, maksudd lu apa Dik ?!" tanyaku lagi, kali ini aku sudah tidak bisa lagi menahan ketakutannku, suaraku bergetar karena menggigil ketakutan, mataku belum kering juga dari air mata. Iblis apalagi yang harus kuhadapi malam ini. Dari sekian iblis yang telah kutemui hari ini, manusia iblis inilah yang menurutku paling laknat.
Ia menohok kami dari belakang, aku merasa di khianati, aku kira Dika telah menjadi teman kami dan akan menolong kami malam ini. Manusia Iblis inilah yang seharusnya aku takuti dari awal-awal perjalanan kami.
" Ga ada maksud apa-apa, Sar " jawabnya sambil tersenyum.
" Gua hanya mau balas dendam sama kalian semua, atas perbuatan kalian dulu "
Aku sudah menebak motif perbuatan dia seperti itu,
"Kata lu, elu dah ga dendam sama kita-kita" kataku memelas
Dika tertawa keras, mendengar jawabanku
"Ya elah, lu naif banget si Sar, hahaha " dia kembali tertawa terbahak-bahak.
" Makanya lu jadi sasaran utama gua, Sar " kata dia sambil mengacungkan tongkat kayu kepadaku yang masih duduk terbujur kaku di tanah sambil memeluk Rina.
"Karena perbuatan lu semua, gua jadi begini, lu semua adalah orang-orang jahat yang harus dikasih pelajaran ..! " katanya lagi.
Pada waktu bersamaan setelah ia berkata demikian, dalam sekilas kenangan kecilku terhadapnya muncul di ingatanku, memang aku akui, kami memang salah waktu itu, yang ada dalam pikiran kami waktu dulu kecil adalah hanya bersenang-senang saja mempermainkan dia bersama-sama yang lain.
"Itukan, waktu kita masih kecil, DIka, kita ga tau apa-apa, masa lu ga ngerti ? "
"Kita sebenarnya gak bermaksud jahat, hanya ingin bermain sama elu aja " jawabku berdalih
"Bermain ?, haha, kalau gitu memang sekarang giliran gua yang bermain sama elu " katanya sambil mulai kembali berjalan, aku membentaknya untuk kembali berhenti mendekati kita.
"Dika. !! itu kita masih kecil, kita ga ngerti apa-apa ! "
"Aku mohon, Dik, maafin gua, maafin kita-kita semua ini "  aku memohon kepadanya sambil menangis.
Aku tidak tahu apa yang kulakukan kemudian, aku melepaskan tubuh Rani, lalu aku memberanikan diri untuk beringsut-ingsut mendekati Dika, dan memegang kakinya, aku memohon permintaan maaf dan memohon belas kasihan dia.
"Dik, maafin kita.. aku mohon Dik, tolong kami.." pintaku memelas sambil terus menangis
Dika, menatap ke bawah ke arahku, aku tidak berani menatap wajahnya, dia diam, mendengar permintaanku.
Tapi tak lama kemudian, aku merasakan sebuah pukulan keras dikepalaku dekat mata kananku, aku dihajar oleh tangannya yang tidak memegang batang kayu, Aku langsung pusing, kemudian kurasakan dia melancarkan kembali pukulannya kepada diriku, aku dengan reflek meringkuk menutupi kepalaku dari hajarannya,.
"Argghhhh... ampun Dik " pintaku kepadanya untuk menghentikan pukulannya, badanku rasanya mulai remuk, dia kemudian menendang perutku berkali-kali, aku dengar teriakan lemah Rina untuk meminta Dika menghentikan tindakannya.
Dika membabi buta, ia memukuli dan menendangiku, dengan sisa tenaga yang masih ada, aku berusaha sekuat tenaga untuk mundur, aku mulai berdiri untuk berlari.
Aku, akhirnya mampu berdiri dan mulai berjalan mundur dengan cepat, namun Dika mengayunkan batang pohon yang ia pegang dari tadi, aku sempat melihat ayunan tersebut sehingga aku bisa menunduk dari ayunan batang pohon tersebut, namun ayunan tersebut menimpa pundak kananku dengan keras sekali.
"Arghhhh.... "
Aku mengerang kesakitan, tulang pundakku seperti patah, sambil memegang pundakku aku berlari mundur, ke arah Rina.
Dan ini adalah sesuatu yang kusesali kemudian, Dika mengejarku sambil terus mengayunkan batang pohon kesana kemari membabi buta, aku berhasil menghindarinya, dan tiba-tiba Dika terjatuh, ternyata Rina memegang erat kaki Dika supaya berhenti.
Dika yang sudah gelap mata, dengan mudahnya menendang kepala RIna dengan kakinya, kepala Rina tersentak kebelakang, dia tampak kembali pingsan, Dika lalu bangun dari jatuhnya dan kemudian mengayunkan batang pohon ke RIna.
" Brak, brak..brak " tiga kali ayunan ku dengar suara benturan keras dari ayuanan batang pohonnya, tampaknya DIka memukul RIna kembali ke kepala dan badan RIna.
Aku menjerit ! jantungku rasanya copot melihat perbuatan Dika
"Tidakkkk.. !!! Rinaaaaa "  Aku lalu bergegas lari kearah Dika untuk menghentikannya.
Kakiku merasakan menginjak sebuah batu berukuran sekepalan tangan, aku berhenti sejenak dan mengambil batu tersebut dan lanjut berlari menuju  Dika, yang tampak mulai kembali mengayunkan batang pohonnya ke arah RIna. Dia tidak melihat aku berlari ke arahnya, dan
"Darrr.." batu yang kupegang kuhantamkan ke kepala Dika.
Dika langsung jatuh sambil mundur, dia jatuh terduduk sambil memegang kepalanya yang sakit, kulihat darah mulai mengucur di dahinya, aku langsung menjatuhkan badan untuk memeluk tubuh Rina, kubalikkan badan dan wajahnya untuk menghadapiku.
Tidak ada pergerakan sama sekali dari Rina, wajahnya berlumuran dengan darah segar, aku secara tak sengaja memegang kepalanya yang terlihat seperti luka menganga.
Aku histeris, menjerit keras
"Rinaaaa.... " aku menangis menjerit-jerit, "apa yang lu lakuin dik ?"
"Rin .. Rina,, bangun Rin " pintaku kepadanya, tapi tidak ada respon sama sekali, badannya lemas tak bertenaga, tangan nya terkulai, matanya menutup rapat, tampaknya jiwa Rina telah meninggalkan jasadnya. Hantaman keras yang kembali di ayunkan oleh DIka telah menghabisi nyawanya.
Ia telah meninggal dunia.
Aku memeluk dan kembali menjerit, memeluk tubuhnya.
"Argghh, Rin.. bangun Rin .." kataku sambil terisak, sambil menangis aku menoleh kepada Dika, dia tampaknya sedang diam memperhatikan aku, dengan tangannya memegang kepalanya yang berdarah.
Sadar aku menatapnya, Dika, lalu berdiri memungut batang kayu yang jatuh di dekat kakinya, dia lalu berjalan cepat ke arahku
" Anjing, lu Sar, gua abisin lu lu sekarang juga biar nyusul si Rina ... " teriaknya marah, sambil menaikkan tangannya hendak mengayunkan batang kayunya kepada diriku.
Aku melihatnya datang kepadaku tapi aku diam saja, kehilangan Rina membuatku shock, aku tidak berdaya untuk melawan Dika, kini hanya tinggal beberapa langkah saja dia menghampiriku.
Suara ayunan batang pohon terdengar begitu jelas, membelah udara, batang kayu itu terarah ke kepalaku, aku masih diam saja, tidak bergerak, aku sudah pasrah, aku akan mati di tangan Dika.
Aku akan menyusul Rina.
Aku lalu menutup mataku, siap merangkul kematian dan rasa sakit yang akan kurasakan kembali.




***


Namun hantaman keras yang aku tunggu-tunggu di kepalaku tak datang datang juga.
"Arghhhh ..." Dika menjerit,
Aku buka mataku, tidak ada hantaman di kepalaku, kulihat badan Dika sedang dipegang oleh seseorang dari belakang, menahannya dari memukulkan batang kayu yang keras kepada diriku.
Pergumulan terjadi antara dia dengan orang itu, aku tidak bisa melihat jelas siapa yang menolongku untuk menahan DIka, mataku telah bengkak lebam akibat pukulan bertubu-tubi Dika, walau badan orang yang menolongku tertutup badan Dika, aku bisa melihat sekilas siapa itu.
Dia adalah tubuh tak berkepala itu, ia dengan kuat memegang tubuh Dika dari belakang, Dika meronta-ronta mencoba melepaskan diri.
" Arghhh, siapa elu ..." teriak Dika, ia lalu mengayunkan sikutnya ke arah belakang hendak menyikut kepala orang yang menahannya, tapi dia tidak tahu, tidak ada kepala yang bisa ia hantam dengan sikutnya, lalu lama kelamaan dia sadar siapa dibelakangnya,
Matanya terbelalak, dia kaget, ada tubuh tanpa kepala yang memegang dirinya
"arhhhh ... hiii, lepasin gua " Dika masih berusaha melepaskan diri.
Namun apa daya mahkluk tak berkepala itu lebih kuat, ia menahan Dika dan menyeretnya ke belakang.
Lalu aku melihat asap keluar dari belakang tubuh tak berkepala itu, ia membuka portal pikirku.
Dan benar, sebuah portal dibelakang asap besar itu menanti mereka berdua, tubuh tak berkepala itu menyeret Dika kedalamnya, mereka berdua masuk kedalam asap itu.
Dan tak lama kemudian asap itu menutup dan menghilang.
Aku lalu kembali menatap sahabatku, aku kembali memeluk jasadnya dalam kesedihan, ada rasa bersalah dalam diriku sehingga RIna harus kehilangan nyawanya hari ini.
Aku menangis sejadi-jadinya.
Tak sadar, beberapa lama kemudian aku mendongakkan kepalaku aku merasakan ada seseorang di dekatku.
Manusia tak berkepala itu ternyata ada didekatku, tangannya memegang erat kepalanya di dadanya, tidak ada Dika bersamanya, aku tidak peduli dimana Dika berada saat ini.
Aku menatap tubuh itu, dan berlirih.
"Terimakasih " kataku pelan,
Manusia tak berkepala itu lambat laun menghilang, dan aku merasakan aku mendengarkan dengan samar kata-kata
"Terimakasih juga "
Ia telah menghilang, meninggalkan aku dengan jasad RIna,
Aku mendongak menatap langit, langit kini sudah memerah, tanda pagi akan datang. Aku diam berlutut, memegang tangan sahabtku yang sudah mendingin.
Tak lama kemudian dari jauh kudengar teriakan,
" Sariiii, Rinnna " aku menoleh sebentar, dan aku kembali menatap wajah Rina, begitu tenang dan tampak tak ada lagi rasa sakit di wajahnya.
Itu suara Sofi dan Gina, pikirku, mereka telah datang, tangisanku kembali meledak, kudengar suara langkah kaki berlarian ke arah diriku, aku tidak menatap mereka, kesedihan telah menguasai diriku, aku sudah tidak peduli apa pun lagi, pandanganku menjadi gelap, mataku memberat, tubuhku ambruk ke depan. aku tidak sadarkan diri.
Dalam kegelapan, aku masih bisa merasakan ada tangan-tangan yang menggoyang tubuhku, sahabatku yang lain telah tiba, dan mereka kini bergabung bersamaku, berpelukan bersama, menangis bersama dan mereka memeluk jasad Rina dan aku.
Kegelapan dan kesedihan menguasai kami semua.


***


Karma is a bitch
Aku rasa, kini aku telah menghabisi nyawa Rina dengan benar, aku kembali menghantam kepalanya dengan batang kayu ku.
"tapi setan, kepalaku sakit benar " Aku dihajar oleh Sari dengan batu, aku pegang kepalaku dan aku lihat tanganku berlumuran darah
"Bangsat, berdarah " pikirku,
"Eh ngeliatin gua lagi lu " Rina menatapku dari jauh
aku lalu berdiri dan mengambil batang kayu yang jatuh,
" Kali ini giliran elu Sar " kataku dalam hati.
Aku lalu berjalan cepat sambil mengayunkan batang pohon ini, Sari tidak bergerak dia malah diam saja, dia sudah pasrah dengan nasibnya, pikirku lagi.
Lalu kuayunkan batang pohon itu sekuat tenaga ke arah kepala  Sari, tapi tiba-tiba ada sepasang tangan di tubuhku menahan laju ku untuk memukul Sari. Tangan tersebut memelukku dari belakang dengan kuat, aku tidak bisa memukulkan kayuku.
" Arghhh, siapa elu ..." teriakku lantang, namun aku tidak bisa melihatnya dia dibelakangku, lalu aku mencoba untuk menyikut kepalanya dengan sikutku, tapi mengapa tidak kena.
Mengapa tidak ada kepala, aku meronta-ronta, untuk melihat siapa yang memegang erat tubuhku ini, dan aku akhirnya bisa menoleh ke belakang,
"arhhhh ... hiii, lepasin gua " ternyata ada tubuh tak berkepala yang memelukku dari belakang, bulu kudukku berdiri, tapi aku tidak berhenti, aku masih berupaya untuk melepaskan diri, darinya.
Namun apa daya, tenaga dia tampaknya lebih kuat daripada aku, kini dia menyeretku ke belakang.
"Apa ini, ada asap di sekeliling kami " kataku dalam hati, ia menyeretku masuk kedalam asap yang besar di belakang kami.
Setelah kami memasuki asap itu, kami berada di dunia yang berbeda, langit begitu terang disini.
Dia lalu melepaskan pegangannya, lalu aku menghadapnya, seram dan jijik aku melihatnya, aku telah diseret oleh tubuh tak berkepala itu kemari, aku lama menatapnya.
"Siapa elu ?" tanyaku menghardik,
Dia diam saja, dan tiba-tiba ada asap kembali keluar di belakang badannya, lama kelamaan membesar, aku hanya diam saja melihat kejadian itu. Bahkan aku diam, di saat dia melangkah masuk ke dalam asap itu, dan tak lama kemudian asap itu menghilang menelan dirinya.
Aku ditinggalkan sendiri disini olehnya.
"Dimanakah aku sekarang ini ?" pikirku
Aku menolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri unutk melihat sekitar, aku berada di sebuah padang luas dengan langit yang terang,
"bagamana ini bisa terang, padahal ini kan masih malam ? "
lalu kemudian, aku melihat ada beberapa orang yang memperhatikan ku dari jauh.
Tiba-tiba, kurasakan dingin di pundakku, dinginnya begitu terasa, seperti es yang menempel di kulit, aku melihat pundakku, itu adalah sebuah tangan yang memegangku dari belakang.
Aku terlonjak kaget lalu membalikkan badan, aku melihat seorang kakek-kakek yang tinggi sekali, ia tersenyum kepadaku, senyumannya menakutkan sekali, pikirku.
" Selamat datang, Dika " sapanya kepadaku, dia mengetahui namaku
"Siapa anda, kek " tanyaku,
Dia tidak menjawab, malah ia menunjukkan tangannya seperti mempersilahkan aku jalan ke sebuah tempat yang ia tunjuk.
" Mari " katanya sambil mendorong pundakku sambil berjalan, ia mengajakku jalan ke sebuah meja makan, disana sudah hadir banyak orang yang mengelilingi meja makan dan berperawakan sama dengan si kakek, mereka semua tersenyum kepadaku, senyum-senyum yang mengerikan.
Aku lantas melihat meja makan yang penuh dengan makanan yang tampak begitu lezat sekali, begitu menggiurkan sekali melihatnya.
Aku tersenyum melihat makanan itu dan kemudian menoleh si kakek,
Si kakek menatapku tajam.
"Silahkan, dimakan DIka, ini semua untuk kamu, sebagai ucapan selamat datang dan selamat bergabung dengan kami "
Aku tetap menatap meja makan kemudian menoleh kepada kakek setelah ia bicara tadi, aku diam mencamkan kata-kata si kakek tadi, aku tidak mengerti apa yang dia maksud.
Si kakek, kemudian tersenyum menyeramkan kembali kepadaku, taring-taringnya yang tajam tersembul keluar di ujung bibirnya.


---------------------------------------------------------------------
Bogor
Start: 17 Juli 2019 - 2 Sepetember 2019
Created by @suneo ganteng AKA @anatama (twitter/insta} AKA Prasetya Anatama (FB)
Allright reserved 
---------------------------------------------------------------------

Tersesat di kampung Iblis - Chapter 13 - Rangkulan Kematian - End Tersesat di kampung Iblis - Chapter 13 -  Rangkulan Kematian - End Reviewed by anatama2104 on 7:16 AM Rating: 5

No comments:

300 kedua
Powered by Blogger.